November 09, 2014

Menuju Langit Luas


Aku ingin seperti mereka.
Mereka yang telah merasakan keindahan langit bebas. Langit yang luas. 


       
      Berada disini bagaikan katak di dalam tempurung. Padahal diatas tempurung itu masih ada langit yang luas. Di atas langit masih ada langit, hingga berlapis bertingkat dalam tujuh tingkatan. Kira-kira begitulah analogiku sebagai pemuda. Disini aku pun masih merasakannya.
     Katak itu hanya bermukim, mengurung diri, dan merasakan kegelapan berada dalam tempurungnya. Tak sadar akan langit luas yang lama telah menantinya. Ia tetap menikmati hidup yang dianggapnya sudah aman jika berada dalam tempurung itu. Dia pikir itulah dunianya, itulah tempatnya. Namun dia tak berpikir bahwa ia bisa berimajinasi lebih liar lagi jika sudah keluar dari tempurung itu.Terkurung. Diam. Tak mengeluarkan keindahannya. Terus begitu dan hanya sesekali mengeluarkan suara sekedar memanggil hujan.
      Namun sepertinya lama kelamaan katak itu tentu merasa jenuh hingga kesadaran akan mimpi menyadarkannya. Bahwa ia bisa melakukan lebih dari yang ia kira. Bahwa ia bisa menjadi yang luar biasa. Hanya saja waktu dan kesempatan yang mungkin belum menghampirinya. Keinginan kuat yang semoga Tuhan ridhoi untuk ia dapat segera keluar dari tempurung itu. Ia tergiur pula ingin melihat langit yang “luas” itu. Ia ingin sekali melihatnya. Sungguh.
      Teman, begitulah kita. Sebentar lagi aku pun akan segera keluar dari tempurung itu. Aku sudah merasa jenuh? Iya. Aku ingin melihat sesuatu yang tak kunjung kutemukan itu. Aku ingin lebih meliarkan imajinasiku untuk bermimpi. Mimpi adalah kebahagiaan dan perubahan. Untuk kebahagiaan dan bahagia, untuk perubahan dan berubah. Menjadi apa? Allahualam. Kita hanya bisa terus berikhiar, berdo’a, dan berusaha.

Mari kita sambut masa depan dengan terus belajar dan berusaha jadi lebih baik lagi.
Bersiaplah untuk menghadapi langit yang “luas” di luar sana, teman!

Suatu senja dan pagi di Kamar26,
29 Oktober 2014
>wie-st

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

November 09, 2014

Menuju Langit Luas


Aku ingin seperti mereka.
Mereka yang telah merasakan keindahan langit bebas. Langit yang luas. 


       
      Berada disini bagaikan katak di dalam tempurung. Padahal diatas tempurung itu masih ada langit yang luas. Di atas langit masih ada langit, hingga berlapis bertingkat dalam tujuh tingkatan. Kira-kira begitulah analogiku sebagai pemuda. Disini aku pun masih merasakannya.
     Katak itu hanya bermukim, mengurung diri, dan merasakan kegelapan berada dalam tempurungnya. Tak sadar akan langit luas yang lama telah menantinya. Ia tetap menikmati hidup yang dianggapnya sudah aman jika berada dalam tempurung itu. Dia pikir itulah dunianya, itulah tempatnya. Namun dia tak berpikir bahwa ia bisa berimajinasi lebih liar lagi jika sudah keluar dari tempurung itu.Terkurung. Diam. Tak mengeluarkan keindahannya. Terus begitu dan hanya sesekali mengeluarkan suara sekedar memanggil hujan.
      Namun sepertinya lama kelamaan katak itu tentu merasa jenuh hingga kesadaran akan mimpi menyadarkannya. Bahwa ia bisa melakukan lebih dari yang ia kira. Bahwa ia bisa menjadi yang luar biasa. Hanya saja waktu dan kesempatan yang mungkin belum menghampirinya. Keinginan kuat yang semoga Tuhan ridhoi untuk ia dapat segera keluar dari tempurung itu. Ia tergiur pula ingin melihat langit yang “luas” itu. Ia ingin sekali melihatnya. Sungguh.
      Teman, begitulah kita. Sebentar lagi aku pun akan segera keluar dari tempurung itu. Aku sudah merasa jenuh? Iya. Aku ingin melihat sesuatu yang tak kunjung kutemukan itu. Aku ingin lebih meliarkan imajinasiku untuk bermimpi. Mimpi adalah kebahagiaan dan perubahan. Untuk kebahagiaan dan bahagia, untuk perubahan dan berubah. Menjadi apa? Allahualam. Kita hanya bisa terus berikhiar, berdo’a, dan berusaha.

Mari kita sambut masa depan dengan terus belajar dan berusaha jadi lebih baik lagi.
Bersiaplah untuk menghadapi langit yang “luas” di luar sana, teman!

Suatu senja dan pagi di Kamar26,
29 Oktober 2014
>wie-st

Tidak ada komentar:

Posting Komentar